Kejang Demam Pada Anak Yang Harus Di Waspadai

Kejang demam paling sering terjadi pada hari pertama demam. Kejang bisa berlangsung selama beberapa menit namun biasanya tidak berbahaya. Gejalanya mungkin termasuk terbelalak, gemetar parah, atau otot mengencang. Seorang anak dapat kehilangan kesadaran.

Anak-anak harus dievaluasi jika ini adalah kejang pertama. Perawatan medis darurat diperlukan untuk kejang berulang atau yang berlangsung lebih dari 10 menit. Obat untuk mengobati demam dan kejang yang lama dapat digunakan.

Kejang Demam merupakan bentuk kejang akut, yang sering dijumpai. Kejang demam terjadi pada 2 – 4 % anak usia 6 bulan – 5 tahun. Kejadian kejang ini sering menakutkan bagi orang tua. Sebenarnya dalam 25 tahun terakhir diketahui bahwa kejang demam tidaklah menakutkan. Kejang Demam tidak berhubungan dengan adanya kerusakan otak dan hanya sebagian kecil saja yang akan berkembang menjadi epilepsi.

kejang yang disebabkan oleh kenaikan suhu tubuh minimal 37,8 derajat Celcius atau lebih dari 38,4 derajat Celcius tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit pada anak berusia 6 bulan – 5 tahun, dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.

Kejang demam diklasifikasikan sebagai Kejang Demam Kompleks bila bersifat fokal, berlangsung lama (>10 – 15 menit), atau berulang (> 1 kali serangan selama 24 jam demam). Sebaliknya Kejang Demam Sederhana adalah kejang yang berlangsung satu kali, singkat, dan bersifat umum.

Anak dapat saja normal atau mempunyai kelainan neurologis. Anak biasanya berusia antara 6 bulan sampai 3 tahun dan paling sering pada usia 18 bulan. Bila kejang demam berlangsung terus sampai diatas usia 6 tahun atau pernah mengalami kejang tanpa demam maka dapat diklasifikasikan sebagai epilepsy.

Penyebab demam tersering pada anak-anak adalah infeksi saluran pernafasan, radang telinga, diare, infeksi saluran kemih, dll.  Penyebab kejang demam tidak diketahui, faktor genetik memegang peranan penting. Menurut Berg et all, 24% anak yang menderita kejang demam, di keluarga dekatnya juga ada yang menderita kejang demam dan hanya 20% yang di keluarga dekatnya tidak menderita kejang demam.

Yang mengalami kejang demam jarang yang mengalami gangguan intelek dan belajar. IQ pada 42 anak dengan kejang demam tidak berbeda dengan saudara kandungnya (Ellenberg & Nelson). Tetapi kejang demam lama mengakibatkan IQ lebih rendah, dan kasus retardasi mental 5 kali lebih sering terjadi bila diikuti kejang tanpa demam.

Faktor risiko berulangnya kejang demam

  1. riwayat kejang dalam keluarga
  2. usia kurang dari 18 bulan
  3. temperatur tubuh saat kejang, dimana makin rendah temperatur saat kejang makin sering berulang lamanya kejang sebelum kejang.

Adapun faktor risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari

  1. sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau perkembangan
  2. adanya riwayat kejang tanpa demam (epilepsi) pada orang tua atau saudara kandung
  3. kejang berlangsung > 15 menit atau fokal.

Pada umumnya kejang akan berlangsung singkat, kurang dari 5 menit, dan berhenti sendiri. Pengobatan saat kejang adalah suntikan diazepam intravena atau diazepam per rectal. Oleh karena demam merupakan pencetus terjadinya kejang, maka pencegahan kenaikan suhu tubuh adalah pendekatan yang utama.

Pengobatan yang dianjurkan saat ini adalah pemberian antipiretik dan diazepam oral atau diazepam rectal pada saat demam diatas 38,5 derajat Celcius. Pengobatan jangka panjang telah ditinggalkan akan tetapi pengobatan angka panjang dapat dipertimbangkan pada keadaan pasien dengan kelainan neurologis yang menetap, kejang fokal, kejang demam sering berulang, atau tinggal jauh dari fasilitas kesehatan.

Obat yang digunakan adalah fenobarbital atau asam valproat. Serangan kejang sangat menakutkan bagi orangtua pasien, oleh karenanya edukasi dan dukungan empati yang cukup pada orang tua sangatlah diperlukan. Orang tua sebaiknya mengenali pada suhu berapa anak mulai kejang, menyediakan termometer pengukur suhu badan, obat penurun panas, dan obat penghenti kejang. Tindakan pada saat anak kejang perlu dipahami pada anak dan keluarga.