Di dunia tercatat ada sekitar 1.900 spesies serangga dan ulat yang aman dikonsumsi. Serangga yang paling banyak dijadikan santapan antara lain jangkrik, kumbang, ulat, lebah dan semut. Lantas bagaimana rasanya jika serangga bisa di makan, mungkin ini terdengar aneh untuk sebagian orang. Namun di beberapa daerah serangga merupakan makanan yang di jadikan lauk contohnya jangkrik.
Kandungan Pada Serangga
Serangga ternyata merupakan sumber protein yang dapat memberikan nutrisi setara daging. Serangga yang dapat dimakan memiliki kandungan protein tinggi, antioksidan, vitamin, lemak, kalsium, dan nutrisi lainnya. Selain bernutrisi, sumber protein yang satu ini pun terbilang murah. Makhluk ini, meski mungkin menjijikkan bagi sebagian orang, ternyata memiliki keuntungan lebih dibandingkan sumber makanan lain. FAO bahkan sudah punya nama untuk aturan memakan serangga, yakni “Entomophagy“, dan meminta agar aturan ini segera dipopulerkan.
Serangga sebenarnya memiliki rasa yang bisa diterima lidah. Selain itu serangga seperti jangkrik juga mengandung lemak, vitamin, serat dan mineral yang tinggi. Serangga juga dikenal dengan proteinnya yang berlimpah. faktanya angkrik mengandung protein yang lebih tinggi daripada daging sapi, ayam dan babi. Setiap 100 gr protein mengandung 68 gram protein, lebih banyak jika dibandingkan daging sapi yang hanya mengandung 31 gr protein.
Disamping kandungan nutrisi yang tinggi, serangga juga memiliki rasa yang enak. Jika diolah dengan benar dan diberi bumbu, rasanya semakin enak. Beberapa produsen camilan berbahan serangga bahkan menambahkan varian rasa mulai dari rasa daging panggang hingga rasa keju.
Studi yang dilakukan oleh Dennis Oonincx, seorang entomolog dari Wageningen University di Belanda, yang dilakukan pada 2010, menyatakan bahwa biaya beternak serangga lebih murah dibandingkan ternak lain seperti sapi dan kambing. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa budidaya serangga secara komersial dapat mengurangi emisi dan menghemat penggunaan air jauh lebih rendah daripada ternak hewan yang membutuhkan lahan luas.
Budidaya serangga juga dinilai jauh lebih ramah lingkungan. Pasalnya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa daging tak hanya berisiko bagi kesehatan, tetapi juga Bumi, karena peternakan dalam skala besar bisa menghancurkan habitat dan menghasilkan gas rumah kaca. Peternakan hewan berkontribusi terhadap pemanasan global karena metana, nitrous oxide dan emisi karbon dari ternak dan rantai pasokannya.
Di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, belalang diolah dengan aneka bumbu penyedap lalu digoreng hingga kering. Tak hanya belalang, jangkrik juga kerap diolah menjadi camilan bercita rasa gurih. Selain itu, di beberapa daerah lainnya di Indonesia, ada juga yang menyantap laron.
Serangga ini sering diolah menjadi peyek, gorengan hingga oseng-oseng laron. Sedangkan di Banyuwangi dan Madiun, ada salah satu hidangan berbahan tawon yang populer, yaitu botok tawon. Hidangan ini memiliki cita rasa gurih dengan tekstur yang sedikit renyah.