Padang pernah dilanda gempa bumi besar pada tahun 2009 lalu, lebih tepatnya melanda sebagian Sumatera Barat. Total lebih dari 1.000 nyawa menjadi korban atas peristiwa gempa. Untuk mengenang kejadian memilukan tersebut, pemerintah mendirikan Museum Gempa dan Tugu Gempa Padang. Tugu tersebut adalah lambang kesedihan, yang ditegaskan dengan gambar dua mata menangis. Di bawah batu marmer batu tersebut juga terdapat relief tentang kejadian tersebut.
Mengenal Tugu Gempa Padang
Tanggal 30 September bagi Indonesia bukanlah tanggal yang asing lagi di dalam catatan sejarah. Tanggal tersebut menjadi “tinta hitam” sejarah Indonesia yang sampai sekarang masih terus diperdebatkan “keabsahannya” oleh banyak kalangan. Tapi Padang, termasuk beberapa daerah lain di Sumatra Barat, punya caranya sendiri dalam mengenang tanggal 30 September. Tanggal ini diingat sebagai hari terjadinya gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter mengguncang “Ranah Minang” pada tahun 2009.
Gedung-gedung runtuh, sekolah-sekolah rusak, rumah-rumah rata dengan tanah, anak-anak kehilangan ibunya. Ini adalah momen pedih yang masih membekas di ingatan sebagian besar warga Padang sampai sekarang.
Demi mengekalkan korban agar tetap dikenang, maka didirikan sebuah monumen atau tugu bernama Tugu Gempa. Tugu Gempa atau masyarakat sering menyebutnya Tugu Gampo, merupakan tugu yang didirikan pascagempa hebat tersebut. Tugu Gampo diresmikan tepat setahun setelah peristiwa itu.
Tugu Gampo ini sendiri menjadi tempat mengenang korban-korban gempa sekaligus fakta sejarah berbentuk fisik yang dapat terus dilihat dan direnungkan. Ada 393 nama korban asal Padang yang diabadikan di tugu ini sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada mereka.
Tugu Gampo berada di Jl. Khairil Anwar, Belakang Tangsi, Kec. Padang Barat, Padang. Lokasi ini berdekatan dengan Taman Budaya Sumatra Barat dan Museum Adityawarman. Lokasi Tugu Gampo ini ada di pusat kota Padang dan juga tidak terlalu jauh dari lokasi Pantai Padang. Membuat tugu ini mudah ditemukan dan dilihat siapa saja yang berlalu lalang di ibu kota Sumatra Barat ini.
Tugu ini sering dikunjungi oleh keluarga-keluarga korban yang meninggal. Semenjak diresmikan. Ia menjelma tak hanya sebatas monumen kesedihan, tapi di sisi lain sebagai ruang temu banyak orang dan kelompok. Pelataran Tugu Gampo sering dijadikan tempat untuk mengadakan acara seperti pertunjukan seni, pembacaan puisi, diskusi, hingga perayaan hari-hari besar lainnya yang banyak diinisiasi oleh anak-anak muda Padang dan kota lainnya.
Tentunya, ini memiliki dampak positif yang harus terus ada. Pada sisi lain, tugu ini tak lagi hanya bicara perihal kehilangan, tetapi juga perayaan sukacita akan keabadian korban yang terus dikenang. Latar belakang itulah yang membuat Tugu Gampo setiap harinya terus dikunjungi oleh siapapun dari berbagai kalangan. Di sini tak ada jadwal buka ataupun tutup. Pengunjung hanya perlu mengeluarkan retribusi parkir jika datang dengan kendaraan. Siapapun bisa datang ke sini, termasuk mereka yang hanya singgah sebentar untuk beristirahat dari perjalanan.
Tugu Gampo telah menjadi salah satu landmark Kota Padang Setelah 12 tahun bencana pilu . Meski tugu ini tidak sebesar tugu-tugu lainnya yang ada di Indonesia, ia mampu “memikul” banyak doa, beban sejarah dan ingatan tentang ratap yang hampir tak berkesudahan.